Meski perusahaan asuransi sudah banyak beroperasi dari tahun 90’an, tetapi hingga kini, penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih kurang dari 5%. Angka tersebut tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, dimana kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi sudah sangat tinggi di atas 30%.
Ini berkaitan dengan cerita saya waktu pertama kali memiliki polis asuransi jiwa di tahun 2000 an. Sebelumnya saya harus memberikan disclaimer terlebih dahulu bahwa artikel tentang pengalaman membeli asuransi jiwa ini bukan ajakan, bukan pula mendiskreditkan pihak tertentu, dan saya tidak akan menyebutkan merk perusahaan asuransi tertentu, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Daftar Isi
Pengalaman Membeli Asuransi Jiwa
Pengalaman setiap orang tentu berbeda-beda, terutama pengalaman membeli asuransi jiwa, karena mereka memiliki latar belakang, kemampuan finansial, serta kebutuhan yang berbeda-beda. Berbagai alasan berbeda tersebut digali oleh perusahaan asuransi ketika calon nasabah mengisi formulir permohonan asuransi, untuk mengidentifikasi setiap kemampuan dan kebutuhan orang tersebut.
Apa alasan orang membeli asuransi jiwa?
Jika ditanya apa alasan orang membeli asuransi jiwa pasti jawabannya akan berbeda-beda. Saya mengumpulkan beberapa alasan yang masuk akal, dan pengalaman saya membeli asuransi jiwa juga termasuk salah satu di dalamnya. Berikut beberapa alasannya:
1. Biaya Pemakaman
Bagi orang Indonesia tentu sangat konyol, karena kalau sudah mati ya sudah, ada sanak famili yang mengurusnya. Tapi tidak dengan orang keturunan Tionghoa misalnya, dimana mereka masih membutuhkan uang yang banyak untuk biaya pemakaman yang layak. Apalagi bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, dimana tanah pemakaman menjadi barang yang mahal, dan perlu di ingat bahwa lahan pemakaman di Jakarta itu menerapkan sistem sewa selama 3 tahun. Jika biaya sewa tak diperpanjang, maka liang lahat akan di keduk dan ditimpa untuk jenazah yang baru.
2. Sebagai Proteksi Diri dan Keluarga
Ini adalah alasan paling banyak digemborkan para agen dalam menawarkan produk asuransi jiwa. Memang ini adalah alasan paling masuk akal membeli asuransi jiwa, yakni agar keluarga tetap terjamin kehidupannya dengan uang pertanggungan yang di dapatkan jika sang pemegang polis telah berpulang.
3. Menabung dan Investasi
Ini adalah alasan saya waktu pertama kali membeli asuransi jiwa. Sebenarnya fungsi dari asuransi jiwa adalah pengalihan risiko diri atas kematian, tetapi untuk mendapatkan premi yang tinggi, perusahaan mengkombinasikan asuransi jiwa dengan unit link untuk meningkatkan minat calon nasabah.
4. Pelunasan Hutang
Biasanya ini adalah paket komplit ketika kita berhutang ke bank, maka pihak bank akan mengasuransikan diri kita, agar pihak bank tidak mengalami kerugian ketika debiturnya meninggal ketika angsurannya belum lunas, dan keluarganya pun tidak menanggung beban hutang yang ditinggalkan.
5. Kesadaran diri Pentingnya Berasuransi
Meski sangat jarang, tetapi pikiran ini muncul ketika orang tersebut sudah mapan di usia muda dan produktif. Meski masih lajang, ia akan tetap mengasuransikan dirinya karena kesadaran akan pentingnya berasuransi.
Begitu banyak alasan-alasan lainnya. Mungkin alasan Anda membeli asuransi jiwa termasuk salah satu di dalamnya, atau bisa juga berbeda. Tetapi jika mempelajari karakter kebanyakan orang Indonesia yang ingin cepat dapat sesuatu dan mudah terpengaruh, alasan investasi dan menabung pasti yang paling banyak.
Pengalaman Saya Membeli Asuransi Jiwa Unit Link
Kembali ke cerita pengalaman saya memiliki asuransi jiwa pertama kali. Hal tersebut terjadi di tahun 2001, saat itu saya masih bersekolah kelas 3 SMU dan menjelang kelulusan, dan ketika itu kakak perempuan saya memiliki modal 70 juta rupiah (di jaman itu sudah sangat banyak, karena waktu itu harga bensin hanya 1000 rupiah per liternya).
Dengan modal tersebut, kakak saya kemudian menyewa tempat di pusat kota untuk jangka waktu 3 tahun dan kemudian membuka usaha warnet, yang kala itu sedang booming dengan prospek yang sangat menjanjikan. Dan benar saja, di tahun pertama, usaha warnet kami sangat ramai dan menghasilkan pendapatan yang cukup lumayan setiap bulannya.
Dan suatu ketika, saat saya dan kakak perempuan saya sedang berjaga di warnet, ada pria berpakaian rapi, berdasi dan menjinjing tas koper kecil, datang dan menawarkan produk asuransi “si merah”, dengan bahasa yang sopan dan sangat runtut menjelaskan berbagai produk asuransi jiwa dengan kombinasi investasi.
Karena usaha warnet sedang sangat maju, dan ditawari produk asuransi jiwa yang menggiurkan agar bisa menabung, mendapatkan perlindungan diri sekaligus imbal balik investasi maka kami dengan sangat senang mendengar penjelasan sang agen si merah ini tentang produknya.
Akhirnya, asuransi jiwa dengan kontrak 5 tahun yang menjanjikan imbal balik investasi yang tinggi pun akhirnya dibeli oleh kakak saya sebanyak dua polis, satu untuk kakak dan satu lagi untuk saya. Biaya premi untuk satu polis sebesar 90 ribu perbulan, jadi kakak saya setiap bulan harus membayar premi sebesar 180 ribu.

Kenapa Membeli Asuransi Jiwa Unit Link ?
Pasti Anda tahu kan ketika agen asuransi sedang beraksi! Dengan gaya bahasa yang halus dan cepat dalam menjelaskan kelebihan produknya untuk meyakinkan calon nasabahnya agar membeli produk tersebut. Beberapa alasan kami tergiur dengan asuransi jiwa unit link, antara lain:
Proteksi Sekaligus Investasi
Ini adalah alasan utama kami tertarik dengan asuransi jiwa unit link. Mendapatkan perlindungan jiwa sekaligus juga investasi. Harapannya adalah bisa menabung, sehingga ketika kontrak asuransi habis, uang hasil investasi bisa cair dan bisa digunakan untuk modal usaha.
Ada Pengembalian Premi
Jika kebanyakan produk asuransi jiwa yang ditawarkan itu tak ada pengembalian premi (asuransi jiwa murni), sehingga ketika usia yang masih muda dengan masa kontrak asuransi yang singkat, tentu akan tampak sia-sia, meski tak ada yang tahu kapan ajal menjemput, tetapi dengan melihat riwayat kesehatan, peluang hidup dalam waktu 5 tahun ke kemudian masih sangat tinggi. Karena alasan itulah, kami tertarik dengan produk asuransi jiwa unit link.
Hanya dua alasan tersebut lah yang membuat kami tertarik untuk membeli produk asuransi jiwa unit link, meski pada akhirnya harapan itu hanyalah angin lalu.
Setiap bulan kakak saya selalu membayar premi. Hingga di tahun kedua usaha warnet, masih sangat menjanjikan, meski pendapatan sedikit menurun seiring dengan munculnya beberapa pesaing yang mendirikan usaha yang sama.
Hingga di tahun ketiga, atau dua tahun setelah mengikuti asuransi jiwa, pendapatan semakin menurun karena kompetitor semakin banyak dengan komputer yang bagus, alhasil usaha kami semakin terdesak karena di saat yang bersamaan, kontrak tempat sudah jatuh tempo dan biaya kontraknya pun di naikkan hingga 3 kali lipat dari sebelumnya. Sehingga dengan terpaksa usaha kami pun tutup.
Bagaimana dengan nasib asuransi jiwa kami? Dengan tutupnya usaha, pendapatan terhenti, otomatis pembayaran premi pun tersendat. Dengan minimnya pengetahuan tentang asuransi, tak ada usaha apapun untuk menghubungi agen asuransi, atau menutup asuransi, meski ada surat tagihan premi yang selalu datang setiap bulannya, hal tersebut diabaikan saja.
Jadi, harapan tinggal harapan, karena tak mampu melanjutkan pembayaran premi, uang yang sudah disetorkan selama hampir 2 tahun pun hilang tak berbekas. Karena minimnya pengetahuan tentang asuransi.
Beberapa tahun kemudian setelah lulus kuliah, dan kemudian mempelajari seluk beluk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa, ternyata informasi yang diberikan oleh agen si merah tersebut tidaklah gamblang, karena tak menjelaskan tentang kekurangan dan risiko dari asuransi jiwa unit link.
Asuransi Term Life
Pada 2011, saya membeli asuransi jiwa. Kali ini, pilihan jatuh pada asuransi term life. Apa itu asuransi term life? Adalah asuransi jiwa murni yang memiliki batas waktu tertentu. Umumnya perlindungan yang diberikan antara 1 tahun hingga 20 tahun.
Kenapa membeli Asuransi Term Life ?
Sederhana saja! Tujuan membeli asuransi jiwa adalah memindahkan risiko diri kepada penanggung untuk mendapatkan uang pertanggungan jika tertanggung meninggal atau cacat tetap.
Jika memiliki uang lebih bisa saja membeli rider atau asuransi tambahan lain sesuai dengan kebutuhan. Jika ingin berinvestasi bisa langsung ke reksadana, saham, properti dan sebagainya sesuai dengan pengetahuan masing-masing.
Tapi alasan utama kenapa saya memilih asuransi term life adalah premi yang murah dengan uang pertanggungan yang besar yakni 500 juta. Jangka waktu yang saya pilih adalah 20 tahun, dengan biaya premi sebesar 3 juta per tahun.
Penutup
Kebutuhan dalam berasuransi setiap orang berbeda-beda. Bijaklah dalam membeli asuransi, ukur sesuai dengan kemampuan finansial, karena jika terlalu membebani keuangan, dan pada akhirnya malah putus di tengah jalan, sehingga premi yang sudah disetorkan akan hilang karena untuk menutup biaya asuransi dan biaya lain-lainnya.
Jika keuangan memungkinkan, pilihlah pembayaran premi asuransi tahunan, karena jika bayar bulanan akan lebih terasa berat karena waktu satu bulan itu sangat sebentar. Belum lagi kebutuhan tiap bulan juga berbeda, sehingga pikiran Anda bisa lebih ringan, dan juga biasanya pembayaran tahunan akan lebih murah ketimbang bayar bulanan.